Jumat, 29 Oktober 2010

Doa Kita, Untuk Kita, Bangsa Indonesia


Oktober 2010, seolah bulan penuh ujian untuk bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, diawal bulan terjadi bencana alam hebat di Wasior. Wasior terletak di kaki pegunungan dan berbatasan langsung dengan garis Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Sebuah banjir bandang atau ada yang menyebut sebagai "tsunami kecil" terjadi di sana yang memakan korban jiwa hingga ratusan orang.

Belum cukup sampai disini, Jakarta yang sudah sering terjadi banjir bulan Oktober ini kembali di landa banjir yang cukup besar yang macet jalan raya sehingga aktivitas warga Jakarta terhambat. Tercatat setidaknya 1 orang meninggal dunia akibat terjeblos di gorong-gorong yang tertutup air banjir.

Memasuki akhir bulan Oktober tepatnya hari Senin tanggal 25 malam hari, Indonesia kembali berduka. Terjadi gempa bumi besar yang mencapai 7,2 SR di Sumatra Barat tepatnya di Mentawai. Dan yang lebih tragis lagi, gempa dahsyat itu mengakibatkan tsunami setinggi 3 m yang memporakporandakan seluruh pulau Mentawai. Ratusan orang menjadi korban jiwa dunia akibat gempa yang diikuti dengan tsunami ini dan jumlah ini masih akan bertambah karena dinyatakan masih ratusan orang hilang.

Rangkaian bencana tidak berhenti sampai di Mentawai, selang 1 hari dari tsunami di Mentawai, sebuah gunung berapi teraktif di dunia yaitu gunung Merapi yang terletak di Yogyakarta mengeluarkan awan panas yang menghancurkan desa-desa di selatan gunung Merapi. Setidaknya ada 25 orang menjadi korban jiwa akibat muntahan awan panas yang terjadi di gunung Merapi ini. Salah satu korban meninggal adalah sang juru kunci gunung Merapi yaitu Mas Panewu Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Marijan.

Rangkaian bencana yang terjadi di bulan Oktober 2010 ini masih menjadi duka bagi bangsa Indonesia. Bahkan banyak tokoh dunia yang ikut bersimpati atas rangkaian bencana yang terjadi di Indonesia ini. Begitu singkat waktu antara bencana yang satu dengan yang lain. Semoga dengan adanya serangkaian bencana ini dapat membuka para pemimpin Indonesia untuk tidak saling menyalahkan satu dengan yang lain. Yang kita butuhkan sekarang adalah kerjasama dalam menanggapi semua bencana ini. Jangan memandang sebuah perbedaan menjadi penghalang persatuan kita. Inilah doa kita, untuk kita, bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar